Regenschap Meester Cornelis, Jejak Administratif yang Menjadi Sejarah Jakarta Timur

12 hours ago 5

Regenschap Meester Cornelis menjadi salah satu bagian penting dalam sejarah perkembangan wilayah Jakarta Timur. Melihat dari catatan sejarah Indonesia, kawasan ini dulunya bernama Meester Cornelis ini menyimpan banyak kisah. Awal mulanya sebagai pemukiman hingga akhirnya bertransformasi menjadi kawasan administratif di masa kolonial Belanda. Setiap sudutnya menyimpan jejak masa lalu yang tak sekadar tentang kekuasaan. Tetapi juga tentang budaya dan peristiwa besar yang membentuk wajah Jakarta seperti sekarang.

Baca Juga: Sejarah Lampu Gentur Cianjur Penerangan Santri dari Kaleng

Tak jarang, rasa kagum muncul saat menyadari betapa panjangnya perjalanan wilayah ini. Pergantian nama, perubahan administrasi, hingga peristiwa-peristiwa besar pernah terjadi di kawasan ini. Setiap perubahan menyisakan jejak yang masih bisa terasa lewat bangunan-bangunan bersejarah dan cerita-cerita turun-temurun yang hingga kini tetap hidup di tengah masyarakat.

Apa Itu Regenschap Meester Cornelis?

Regenschap Meester Cornelis merupakan sebuah wilayah administratif setara kabupaten pada masa Hindia Belanda yang berdiri sejak awal abad ke-20. Wilayah ini terbentuk berdasarkan Staatsblad No. 383 pada 14 Agustus 1925, dan mulai berlaku resmi pada 1 Januari 1926. Kawasan ini meliputi daerah Meester Cornelis, Kebayoran, Bekasi, hingga Cikarang.

Nama Meester Cornelis berasal dari Cornelis Senen, seorang pengajar agama Kristen dari Banda yang merintis wilayah ini pada tahun 1621 atas izin Pemerintah Hindia Belanda. Sebutan “Meester” merupakan bentuk penghormatan atas dedikasinya sebagai pendidik masyarakat setempat. Seiring waktu, kawasan ini berkembang pesat sebagai kota perdagangan dan jalur penting transportasi. Apalagi setelah dibangunnya jalur kereta api yang menghubungkan Batavia Zuid ke Bekasi pada tahun 1887.

Suasana historis wilayah ini terasa begitu kuat. Setiap sudutnya bercerita tentang perjuangan dan perubahan yang pernah terjadi. Ada kebanggaan tersendiri saat melihat jejak peninggalan masa lalu yang masih berdiri tegak hingga kini.

Perkembangan dan Perubahan Nama Wilayah

Regenschap Meester Cornelis sempat menjadi pusat penting administrasi dan pengadilan wilayah Batavia bagian timur. Salah satu bangunan yang masih menjadi saksi bisu masa itu adalah Gedung Eks Kodim 0505 Jakarta Timur, yang dulu terkenal sebagai Meester Cornelis Regentschapwoning. Gedung ini dulunya menjadi kediaman dan kantor penguasa wilayah, termasuk sebagai tempat sidang Landraad (pengadilan kolonial).

Namun, saat pendudukan Jepang pada 1942, nama Meester Cornelis dianggap terlalu identik dengan Belanda. Pemerintah pendudukan Jepang lalu mengganti nama kawasan ini menjadi Jatinegara Ken (Kabupaten Jatinegara). Perubahan ini ditetapkan lewat Undang-Undang No. 30 Tahun 2602 dan Maklumat Batavia Syuu No. 1 Tahun 1942.

Pergantian nama dan status administratif kembali terjadi setelah Indonesia merdeka. Saat itu, Kabupaten Jatinegara mencakup empat kawedanan, yaitu Bekasi, Tambun, Cikarang, dan Srengseng. Hingga akhirnya, pada 15 Agustus 1950, Bekasi memisahkan diri dan membentuk kabupaten sendiri. Pada 1 Januari 1963, Kabupaten Jatinegara resmi melebur dalam wilayah administrasi Kota Jakarta.

Baca Juga: Sejarah Jangari Cianjur yang Jadi Bagian Waduk Cirata

Setiap perubahan ini tidak sekadar soal administratif, tapi juga menyentuh sisi emosional masyarakatnya. Sejarah panjang tersebut membentuk identitas dan karakter warga setempat yang hingga kini tetap menjaga nilai-nilai leluhur.

Jejak Sejarah yang Masih Tersisa

Hingga saat ini, sisa-sisa peninggalan Regenschap Meester Cornelis masih dapat kita temui di kawasan Jatinegara. Salah satu yang paling ikonik adalah Museum Benyamin Sueb. Museum ini dulunya merupakan kantor pemerintahan dan kediaman penguasa wilayah. Gedung ini sempat menjadi markas Kodim, tempat interogasi tahanan politik, hingga akhirnya beralih fungsi menjadi pusat kebudayaan Betawi.

Tak hanya itu, Stasiun Jatinegara yang dahulu terkenal sebagai Stasiun Meester Cornelis juga masih beroperasi dan menjadi salah satu stasiun penting di Jakarta Timur. Adanya rel kereta sejak 1887 itu menjadi saksi perkembangan kawasan dari masa ke masa.

Ada rasa haru sekaligus bangga melihat sisa peninggalan ini tetap kokoh, seolah mengingatkan bahwa sejarah tak pernah benar-benar hilang. Setiap bangunan, nama jalan, dan kawasan sekitar Jatinegara memiliki ceritanya masing-masing.

Jadi Warisan Leluhur

Regenschap Meester Cornelis bukan sekadar nama lama sebuah kawasan di Jakarta Timur. Wilayah ini menyimpan sejarah panjang tentang perkembangan kota, pergantian kekuasaan, hingga perjuangan identitas masyarakatnya. Dari pemukiman kecil Cornelis Senen, menjadi distrik penting di Hindia Belanda, hingga kini menjelma sebagai kawasan urban yang tetap menjaga warisan budaya.

Baca Juga: Melihat Sejarah Benteng Palasari Sumedang, Peninggalan Belanda yang Masih Kokoh

Di balik deretan bangunan modern dan keramaian kota, jejak sejarah masih terasa di Jatinegara. Nama-nama jalan, stasiun, dan gedung-gedung tua menjadi pengingat akan peran penting kawasan ini dalam perjalanan sejarah Jakarta. Hingga kini, cerita tentang Regenschap Meester Cornelis tetap hidup dalam hati masyarakat yang tak ingin kehilangan warisan leluhur. (R10/HR-Online)

Read Entire Article
Perayaan | Berita Rakyat | | |