Sejarah Letkol Untung, Dalang di Balik Tragedi G30S/PKI

2 months ago 20

Kendati sudah berlalu puluhan tahun, sejarah Letkol Untung masih kerap menjadi topik menarik untuk dibahas. Ini mengingat sosok Letkol Untung sangat erat kaitannya dengan peristiwa G30S/PKI. Sebuah momen kelam sepanjang sejarah berdirinya Pemerintahan Indonesia.

Baca Juga: Sejarah Ken Arok dan Kisah Hidupnya

Bagaimana tidak, posisi penting Letkol Untung di bidang militer justru membuatnya menjadi dalang dalam tragedi berdarah tersebut. Supaya semakin jelas, mari sama-sama kita bahas secara detail pada penjelasan berikut.

Mengulas Sejarah Letkol Untung dan Perannya di Pemberontakan PKI

Masih segar dalam ingatan bahwa tragedi G30S/PKI merupakan titik balik paling gelap di Indonesia. Pembunuhan jenderal-jenderal TNI AD, seperti Ahmad Yani, oleh kelompok militer yang berafiliasi dengan PKI, meninggalkan trauma bagi bangsa.

Pasalnya, aksi ini tidak sekedar merenggut nyawa para pahlawan. Namun juga memicu gejolak politik serta sosial yang berkepanjangan. Hal tersebut membuat para tokoh yang terlibat seringkali digambarkan sebagai penjahat negara.

Salah satu tokoh yang cukup terkenal yaitu Letnan Kolonel Untung. Pemilik nama lengkap Oentoeng bin Sjamsoeri ini konon katanya adalah sosok sentral dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965.

Melansir dari berbagai sumber, Oentoeng bin Sjamsoeri lahir di Bojongsari, Kebumen, Jawa Tengah pada 3 Juli 1926 silam. Untung sejak muda sudah kerap terlibat dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Karier Militer

Letkol Untung memiliki sejarah perjalanan karir di bidang militer yang cukup panjang. Ia pernah bergabung dengan Batalyon Sudigdo di Kota Wonogiri. Diketahui saat itu Batalyon Sudigdo memiliki afiliasi kuat dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Bahkan, dari battalion ini Untung sempat terlibat dalam gerakan PKI Madiun pada tahun 1948. Hal tersebut membuat keberadaan Batalyon Sudigdo menjadi buronan pemerintah. Hanya saja, kekacauan akibat kehadiran Belanda yang kembali menguasai Indonesia membuat anggota Sudigdo bebas berkeliaran.

Karir Untung kian melejit pasca mengikuti Operasi Mandala untuk membebaskan Irian Barat. Kesuksesannya bahkan mengantarkan Untung memperoleh penghargaan Bintang Sakti. Ia memperoleh pangkat Letnan Kolonel sekaligus masuk ke Batalyon I Tjakrabirawa.

Sempat Mendapat Kritikan Keras

Pengangkatan Letnan Kolonel Untung sebagai anggota Batalyon I Tjakrabirawa tak berbuah manis. Pasalnya, banyak pihak yang justru menyoroti keputusan Soeharto saat memasukkan Untung ke sana.

Beberapa dari mereka menyayangkan keputusan itu, karena Soeharto seharusnya tahu rekam jejak Untung di Batalyon Sudigdo dulu. Bahkan, baru setahun menjabat, Letkol Untung kembali mengukir sejarah miris. Puncaknya ketika Gerakan 30 September akhirnya meledak.

Baca Juga: Mengenal Soegondo Djojopoespito, Pelajar Nakal yang Pimpin Kongres Pemuda 1928

Diduga kuat Untung terlibat dalam perencanaan sekaligus pelaksanaan penculikan para jenderal TNI AD, yang menjadi ancaman bagi PKI.  Apalagi sebagai bagian dari Cakrabirawa, Untung tentu memiliki akses langsung ke istana serta para pejabat tinggi negara.

Posisinya yang strategis ia manfaatkan untuk melancarkan aksi penculikan. Dengan tujuan supaya kedudukannya aman. Dalam proses pelaksanaannya, Untung memberi mandate kepada Lettu Dul Arief untuk melancarkan aksi penculikan.

Setelah penculikan berhasil, Untung sontak menguasai RRI. Stasiun radio terbesar pada masanya. Ia pun menyampaikan pidato yang berisi tuduhan terhadap para jenderal yang telah anggotanya culik.

Akhir Riwayat Karir Untung

Situasi politik dan sosial di dalam negeri begitu kacau pasca pembantaian para perwira TNI AD. Ketujuh jasad para jenderal Angkatan yang menjadi korban ditemukan di Lubang Buaya, kawasan pinggiran Jakarta.

Gerakan ini pun dengan cepat mendapat perlawanan dari militer di bawah komando Mayor Jenderal Soeharto. Sehingga butuh waktu singkat saja, G30S berhasil lumpuh total, dan Letkol Untung menjadi buron dalam catatan sejarah.

Letkol Untung sendiri akhirnya tertangkap pada 11 Oktober 1965 di Tegal, Jawa Tengah. Ia menjalani proses hukum di Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub). Selama persidangan berlangsung, Untung selalu mengklaim bahwa gerakan tersebut bertujuan untuk menjaga revolusi Indonesia.

Terutama melindungi Presiden Soekarno dari sengketa politik dan kekuasaan. Namun, pengadilan tidak menerima pembelaannya. Ia kemudian mendapat hukuman mati. Eksekusinya berlangsung di Cimahi, Jawa Barat, pada tahun 1966.

Baca Juga: Kisah Letnan Merpati Anumerta yang Membuat Belanda Kewalahan

Hingga kini, motif sebenarnya di balik keterlibatan Untung dalam G30S/PKI masih menjadi perdebatan. Bagi sebagian orang, sejarah Letkol Untung adalah simbol pengkhianatan. Namun sebagian lain menyebut ia korban politik di masa transisi kekuasaan dari Presiden Soekarno ke Soeharto. (R10/HR-Online)

Read Entire Article
Perayaan | Berita Rakyat | | |