harapanrakyat.com,- Pangandaran, salah satu wisata unggulan di Jawa Barat, menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah. Hal itu akibat tingginya jumlah kunjungan wisatawan yang mencapai 2 hingga 3 juta orang per tahun.
Limbah dari akomodasi, rumah makan, serta konsumsi wisatawan, termasuk sampah dari dapur hotel dan restoran, menjadi kontributor terbesar.
Limbah plastik juga menjadi komponen signifikan. Sehingga dibutuhkan pendekatan kolaboratif yang melibatkan berbagai pihak melalui model pentahelix, yaitu perguruan tinggi, sektor swasta, pemerintah, masyarakat, dan media.
Kepala Pusat Perencanaan dan Pengembangan Kepariwisataan (P-P2Par) ITB, Budi Faisal, menjelaskan, program Sustainable Tourism Observatory (STO) menjadi salah satu inisiator utama yang fokus pada pengurangan sampah dan daur ulang.
Baca Juga: Bupati Pangandaran Terpilih Soroti Efisiensi Anggaran 2025, Bagaimana dengan Pengadaan Mobil Dinas?
Kolaborasi dengan Pemerintah Daerah dilakukan untuk mendorong regulasi yang dapat meningkatkan kesadaran wisatawan dalam membuang sampah pada tempatnya. Serta mengurangi limbah dan pengelolaannya secara aktif.
“Sosialisasi melalui media sangat penting untuk menyebarkan informasi mengenai kebersihan. Serta kesadaran lingkungan kepada wisatawan serta pelaku usaha,” ujar Budi Faisal kepada harapanrakyat.com, Minggu (12/1/2025).
Budi Faisal menambahkan, penelitian dan pengabdian dari P-P2Par sebagai bagian dari perguruan tinggi telah menemukan solusi berkelanjutan. Bahkan juga memberikan edukasi kepada masyarakat setempat.
Tujuan dari langkah ini tidak hanya untuk menjaga kebersihan Pangandaran. Namun juga untuk meningkatkan kualitas pengalaman wisatawan. Kemudian yang lebih penting adalah meenjadikan Pangandaran sebagai destinasi wisata yang bersih, nyaman, dan berkelanjutan.
“Kolaborasi berkelanjutan dari semua pihak adalah kunci untuk mewujudkan visi ini. Tidak hanya akan meningkatkan daya tarik wisata, tetapi juga berkontribusi pada pelestarian lingkungan dan keberlanjutan ekonomi masyarakat setempat,” ujarnya.
Gerakan ini diharapkan menjadi inspirasi bagi berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, pengelola destinasi, masyarakat, serta pelaku usaha di sektor pariwisata.
Tantangan dalam Pengelolaan Sampah di Pangandaran
Budi Faisal juga menyoroti tantangan dalam pengelolaan sampah di Pangandaran, seperti kurangnya kesadaran pengelola hotel dan restoran, serta ketiadaan regulasi yang mengikat.
Namun, dengan adanya inisiatif seperti Gerakan “Wisata Bersih” dan kerjasama dengan lembaga seperti Bank Sampah Sahate, diharapkan tantangan ini dapat diatasi secara bertahap.
“Langkah ke depan untuk keberlanjutan inisiatif ini memerlukan peningkatan kesadaran melalui sosialisasi intensif kepada pelaku usaha pariwisata tentang pentingnya pengelolaan sampah. Kemudian juga penguatan regulasi dengan menyusun aturan lokal yang mewajibkan pengelolaan sampah. Penyediaan fasilitas pendukung seperti tempat sampah terpilah di lokasi strategis. Serta kolaborasi lebih luas dengan melibatkan lebih banyak komunitas dan lembaga dalam pengelolaan sampah,” paparnya.
Budi Faisal juga menekankan, pengelolaan sampah yang baik akan membawa dampak positif besar. Seperti menciptakan destinasi wisata yang nyaman, meningkatkan citra pariwisata, serta menarik lebih banyak wisatawan. Selain itu, pengelolaan yang berkelanjutan juga akan menjaga ekosistem dan memberikan dampak positif jangka panjang bagi generasi mendatang.
“Dengan semangat dan kolaborasi berbagai pihak, cita-cita menjadikan Pangandaran sebagai destinasi wisata bersih, hijau, dan ramah lingkungan tidak lagi menjadi mimpi, melainkan sebuah kenyataan yang membanggakan,” ujarnya.
Pengelolaan Sampah yang Efektif dan Kolaboratif
Menurut Budi Faisal, pengelolaan sampah yang efektif dan kolaboratif akan mendukung pertumbuhan ekonomi hijau dan ekonomi sirkular di sektor pariwisata. Pendekatan ini bertujuan menciptakan destinasi wisata yang lebih bersih, hijau, dan nyaman, serta mendorong pertumbuhan jumlah wisatawan berkualitas.
“Wisatawan berkualitas adalah mereka yang sadar akan pentingnya menjaga kebersihan dan kenyamanan bersama. Menumbuhkan kesadaran ini sangat penting agar kebersihan menjadi tanggung jawab bersama, baik bagi pengelola, masyarakat, maupun wisatawan,” jelasnya.
Budi Faisal menegaskan, kolaborasi multipihak untuk mewujudkan Pangandaran sebagai destinasi wisata berkelanjutan membutuhkan kerja sama antara pemerintah daerah, pengelola usaha pariwisata, masyarakat, dan wisatawan.
P-P2Par berkomitmen untuk terus mendorong kesadaran semua pihak melalui pendekatan kolaboratif. Harapannya pengelolaan sampah di Pangandaran dapat menjadi contoh destinasi wisata berkelanjutan di Indonesia yang mendukung pertumbuhan ekonomi ramah lingkungan serta kenyamanan berwisata di Pangandaran. (Madlani/R7/HR-Online/Editor-Ndu)