Sejarah Pemberontakan RMS dan Tokoh Pentingnya

2 months ago 17

Di Indonesia terdapat suatu gerakan separatis yang tujuannya untuk memisahkan diri dari NIT dan RIS. Hal tersebut merupakan bagian dari sejarah Pemberontakan RMS atau Republik Maluku Selatan.

Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) menjadi bagian penting dalam sejarah Indonesia, berakar pada gerakan separatis yang ingin memisahkan diri dari Negara Indonesia Timur (NIT) dan Republik Indonesia Serikat (RIS). 

Baca Juga: Sejarah dan Tokoh Perundingan Hooge Veluwe

Pada 25 April 1950, Ambon menjadi pusat pemberontakan ini, dipicu oleh konflik antara golongan unitaris dan federalis sejak 1946. Pergolakan ini juga berkaitan dengan Pemberontakan Andi Azis di Makassar awal 1950. 

Gerakan RMS mencerminkan perjuangan sebagian masyarakat dalam mempertahankan sistem negara federal di tengah dinamika pasca-kemerdekaan.

Latar Belakang Sejarah Pemberontakan RMS

Pemicu pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) ialah  situasi politik Maluku yang tidak stabil setelah Konferensi Meja Bundar (KMB). Masa transisi dari Republik Indonesia Serikat (RIS) memunculkan ketegangan di Ambon, khususnya di kalangan masyarakat yang sebelumnya memegang kekuasaan di era Negara Indonesia Timur (NIT). 

Perpecahan terjadi antara kelompok nasionalis yang mendukung integrasi dengan Indonesia dan kelompok federalis yang pro-Belanda, tergabung dalam organisasi Gabungan Sembilan. Konflik ideologi ini menjadi pemicu utama pemberontakan dan memperparah ketidakstabilan wilayah.

Pada tanggal 13 April 1950, Dr. Soumokil mengadakan rapat bersama dengan berbagai pihak di daerah Ambon. Berikutnya, di tanggal 23 April 1950, ia kemudian menyelenggarakan rapat rahasia yang berlokasi di Tulehu.

Dari hasil rapat tersebut mampu melahirkan gagasan untuk mendirikan Republik Maluku Selatan dan telah sepakat untuk melaksanakan proklamasi RMS oleh pemerintah daerah itu sendiri. Pemerintah daerah yang akan memproklamasikan Republik Maluku Selatan dalam sejarah Pemberontakan RMS ini adalah J. Manuhutu, Kepala Daerah Maluku Selatan.

J. Manuhutu terpaksa hadir di dalam rapat rahasia Dr. Soumokil. Tepat di bawah tekanan pasukan KNIL, ia akhirnya setuju mengenai perintah tentang proklamasi RMS tersebut. Pada tanggal 25 April 1950, akhirnya pemerintahan Maluku Selatan mengikrarkan proklamasi RMS dengan Dr. Soumokil yang menjadi presiden RMS.

Sebagai catatan, menjelang proklamasi, Dr. Soumokil berhasil menghimpun kekuatan dari pasukan KNIL dan pasukan Baret Hijau yang juga terlibat di dalam pemberontakan Andi Aziz di Ambon.

Ia sendiri juga terlibat, namun berhasil kabur ke daerah Maluku dan memindahkan para pasukan KNIL dari Makassar ke Ambon. Pemberontakan Andi Aziz sendiri punya kesamaan tujuan, yaitu merasa tidak puas terhadap proses kembalinya RIS ke NKRI.

Mengatasi Pemberontakan Republik Maluku Selatan

Dalam mengatasi sejarah Pemberontakan RMS ini, awalnya pemerintah pusat mengirim pasukan tim yang pimpinannya adalah Dr. Leimena. Mereka menyelesaikan pemberontakan tersebut dengan cara damai.

Meskipun begitu, upaya damai tersebut pun gagal, hingga pemerintah harus menerjunkan para pasukan ekspedisi. Kolonel A.E. Kawilarang menjadi pemimpin untuk menumpas pemberontakan tersebut.

Pada tanggal 14 Juli 1950, pasukan dari ekspedisi APRIS/TNI berhasil mendarat di Pulau Laha, Pulau Buru dengan Korvet Pati Unus. Pulau Buru sendiri berhasil diduduki oleh APRIS dan mereka juga merebut pos penting. Setelah Pulau Buru, APRIS kemudian bergerak menuju Pulau Seram.

Di Pulau Seram ini, pasukan APRIS mengalami kesulitan dan banyak korban yang berjatuhan. Penyebabnya adalah karena sejarah Pemberontakan RIS mampu memusatkan kekuatan pasukannya di pulau tersebut.

Baca Juga: Tokoh Pendiri Sarekat Dagang Islam dan Latar Belakangnya

Usai menguasai Pulau Seram, APRIL pergi ke Ambon yang merupakan tempat RMS berkedudukan. Pada tanggal 3 November 1950, APRIS akhirnya berhasil menguasai Kota Ambon walaupun harus menelan banyak korban.

Terdapat pasukan yang terpecah yang bergerak ke Ambon, yaitu Grup pertama dengan pimpinan Mayor Achmad Wiranatakusuma. Grup kedua dengan pimpinan Letnan Kolonel Slamet Rijadi, dan grup ketiga dengan pimpinan Mayor Suryo Subandrio.

Di dalam pertempuran pemberontakan RMS ini, Letnan Kolonel Slamet Rijadi menjadi korban pertempuran jarak dekat yang memperebutkan benteng Nieuw Victoria. Setelah itu, Kota Ambon pun jatuh ke tangan pemerintah dan sisa dari pasukan pemberontakan melarikan diri ke hutan. Selama beberapa tahun, mereka turut melakukan aksi gerilya dan juga membuat kekacauan.

Tokohnya

Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) dipimpin oleh Dr. Soumokil, mantan jaksa agung Negara Indonesia Timur (NIT). Ia mendapat dukungan dari sejumlah tokoh seperti J. Manuhutu dan Albert Wairisal. 

Struktur pemerintahan RMS mencakup sejumlah menteri, di antaranya Dr. C. R. S. Soumokil, D. J. Gaspersz, hingga Ir. J. A. Manusama. Wakil Presiden RMS untuk urusan luar negeri, Dr. J. P. Nikijuluw, berkedudukan di Den Haag sejak 27 April 1950. Pada 9 Mei 1950, RMS membentuk angkatan perang dengan Sersan Mayor KNIL D. J. Samson sebagai panglima tertinggi.

Dalam sejarah pemberontakan Republik Maluku Selatan, struktur militer menjadi elemen penting untuk mendukung perjuangan separatis. Di bawah pimpinan Panglima Tertinggi Sersan Mayor KNIL D. J. Samson, terdapat beberapa perwira yang memainkan peran strate

Sersan Mayor Pattiwael bertugas sebagai pemimpin utama, didampingi oleh anggota seperti Sersan Mayor Kastanja, Sersan Mayor Pieter, dan Sersan Mayor Aipassa. Kolaborasi mereka menjadi tulang punggung kekuatan militer RMS dalam upaya mempertahankan cita-cita separatisme di Maluku.

Baca Juga: Peran Indonesia dalam Gerakan Non Blok, Kumpulan Negara Netral

Demikian sejarah pemberontakan RMS. Pemberontakan Republik Maluku Selatan merupakan gerakan separatis yang berlangsung pada 25 April 1950. Gerakan ini dipimpin oleh Christiaan Robbert Steven Soumokil, yang sebelumnya menjabat sebagai Jaksa Agung Negara Indonesia Timur (NIT). (R10/HR-Online)

Read Entire Article
Perayaan | Berita Rakyat | | |