Sejarah Wayang Madya merupakan informasi berharga yang cukup penting untuk masyarakat Indonesia pahami. Pasalnya, sebagai salah satu seni pertunjukan tradisional Jawa, Wayang Madya memiliki sejarah menarik. Hanya saja, seiring berjalannya waktu, eksistensinya seolah tenggelam.
Baca Juga: Sejarah Alat Musik Calung, Warisan Budaya Sunda
Para generasi muda bahkan hampir tak mengenali jenis wayang kulit ini. Hal yang apabila kita abaikan begitu saja bisa perlahan-lahan menghilangkan kekayaan budaya. Karena itu, mari mengulas lebih detail guna mendukung upaya pelestariannya.
Mengulas Sejarah Wayang Madya
Seperti kita ketahui, wayang adalah seni pertunjukan tradisional yang sangat terkenal seantero Tanah Air. Bahkan, pada 2003 silam, seni wayang berhasil mendapatkan pengakuan dari UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda. Kendati begitu, tak banyak orang tahu jika jenis-jenis wayang ternyata beragam.
Satu di antara banyak jenis yang memiliki karakteristik unik adalah Wayang Madya. Menurut catatan sejarah, pencipta wayang ini adalah Mangkunegara IV. Dengan tujuan menghubungkan dua tradisi pewayangan yang berbeda, yakni Wayang Purwa dan Gedog.
Kala itu, Mangkunegara IV sebagai penguasa dengan minat besar terhadap kesenian, melihat celah antara kisah di Wayang Purwa dan Gedog. Bagaimana tidak, Wayang Purwa memiliki rentetan kisah hebat dari Mahabarata dan Ramayana.
Sementara Wayang Gedog menyajikan cerita-cerita roman yang lebih ringan. Wayang Madya hadir untuk menjadi transisi sehingga masyarakat lebih mudah menikmati setiap cerita yang “Dalang” tampilkan.
Melalui Wayang Madya, Mangkunegara IV juga berusaha mengukir sejarah kuat guna melestarikan kedua tradisi pewayangan tersebut. Dengan kata lain, ia mencegah terjadinya kepunahan dari salah satu tradisi pada eranya.
Ciri Khas Wayang Madya
Seperti telah tertera sebelumnya, Wayang Madya memiliki karakteristik unik yang mampu membedakannya dengan jenis lain. Setidaknya ada empat ciri khas utama, beberapa di antaranya meliputi:
1. Bentuk Wayang
Lain dari wayang pada umumnya, Madya memadukan antara bentuk wayang Purwa dengan Gedog. Pada bagian atas hingga tengah memiliki bentuk yang mirip dengan wayang Purwa. Sementara bagian bawahnya mirip dengan Gedog.
2. Alur Cerita
Secara umum, alur cerita dalam Wayang Madya merupakan peralihan kisah sejarah dari masa-masa pasca perang Bharatayudha. Kemudian terhubung kembali hingga munculnya tokoh-tokoh dalam cerita Panji.
Apabila kita ulas, Wayang Purwa menceritakan dewa-dewa hingga keluarga Pandawa. Sedangkan Gedog mengambil latar kisah Panji dari Jenggala dengan putri Kediri. Maka, Wayang Madya secara garis besar menyoroti cucu-cucu Pandawa sampai menjelang Panji. Konon, ada pula kisah peristiwa wafatnya Prabu Yudayana hingga masa Jayalengkara naik tahta.
3. Gaya Penokohan
Karakter uniknya juga terlihat cukup menonjol dari gaya penokohan para lakon. Di mana di dalam Wayang Madya memadukan penokohan antara Purwa dengan Gedog secara apik. Sehingga mampu memberikan warna tersendiri.
Baca Juga: Sejarah Uang di Indonesia dari Masa ke Masa
4. Penuh dengan Nilai-nilai Luhur
Terakhir, meski hanya sebagai transisi, namun Wayang Madya memiliki banyak sekali kisah sejarah dengan nilai-nilai luhur. Nilai-nilai luhur ini patut dipelajari, seperti kepahlawanan, cinta, kepemimpinan dan kebijaksanaan dalam hidup.
Fakta Wayang Madya Tidak Begitu Populer
Melansir dari catatan Pigeaud (1967) konon Wayang Madya memang tidak begitu populer. Terutama di wilayah Kota Surakarta yang notabene menjadi kawasan utama perkembangan kesenian wayang Jawa.
Kendati begitu, Claire Holt (1967) mengklaim seni pertunjukkan wayang ini pernah dipentaskan di Istana Mangkunegaran pada abad 19. Pementasan mengambil lakon Jayabaya. Namun, sampai sekarang, dokumentasi tentang wayang ini sangat terbatas. Sehingga bukan hal mengherankan jika sulit untuk mempelajarinya secara mendetail.
Upaya Pelestarian di Indonesia
Diakui atau tidak, minat anak muda terhadap seni pewayangan, termasuk Wayang Madya, terbilang sangat rendah. Hal yang secara tidak langsung menjadi hambatan besar dalam upaya pelestarian kesenian tersebut.
Sehingga perlu kesadaran besar dari seluruh lapisan masyarakat untuk sama-sama melestarikan warisan budaya yang berharga ini. Salah satunya menggelar pertunjukan tepat di hari-hari penting dengan melibatkan anak muda ke dalamnya.
Baca Juga: Sejarah Mahesa Jenar, Sosok Khayalan di Jawa
Semoga dengan mempelajari sejarah Wayang Madya kita dapat lebih memahami perkembangan dan dinamika seni pewayangan. Sekaligus belajar untuk menghargai keberagaman budaya, seni serta turut andil dalam melestarikan warisan bangsa. (R10/HR-Online)