harapanrakyat.com,- Kasus kematian Dindin Rinaldi Choerul Insan (29), guru asal Jalan Raya Samarang, Kelurahan Sukagalih, Kecamatan Tarogong Kidul, Garut, Jawa Barat, masih menyisakan misteri.
Anak dari pasangan Edi Rahadi-Eti Sudaryati itu, tewas di pinggir rel kereta api wilayah Sidareja, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Selasa, (12/5/2024) lalu.
Baca Juga: Kematian Guru SD Pangandaran asal Garut Dinilai Janggal, Keluarga Lapor Polisi
Almarhum Dindin berdinas menjadi guru di SD Negeri Pajaten 2 Pangandaran. Dirinya menjadi ASN guru olahraga di sekolah tersebut, sejak berdirinya Kabupaten Pangandaran.
Rasa penasaran atas tewas tak wajar anaknya, membuat Edi dan Eti masih menyimpan rasa duka yang mendalam.
Juru bicara keluarga Dindin, Asep Muhidin mengungkapkan, bahwa pribadi almarhum di keluarga sangat baik. Bahkan di luar seperti di sekolah kemudian di tetangganya di Pangandaran juga baik.
“Dia kan guru olahraga, jadi suka futsal dan bahkan sering jadi wasit jika ada turnamen,” kata Asep, Senin (25/11/2024).
Beberapa Kejanggalan Soal Kematian Guru Asal Garut di Sidareja Cilacap
Keluarga korban menganggap ada hal yang janggal. Pasalnya, jasad almarhum ditemukan sangat jauh dari rumah kontrakannya, di perumahan Praja Pajaten, Kabupaten Pangandaran.
Sementara jarak dari kontrakan almarhum ke lokasi korban tewas, dengan menggunakan kendaraan roda 2 memerlukan waktu sekitar 90 menit. Sehingga, keluarga yang tahu pada waktu itu Dindin sudah tak bernyawa sangat terpukul.
Selain itu, keluarga juga menduga almarhum Dindin tewas bukan karena menabrakan diri ke kereta api, atau sesuai argumen Polsek Sidareja.
Justru pihak keluarga menganggap ada hal lain atas kematian guru asal Garut ini. Karena di rumah kontrakan di Pangandaran, banyak bercak darah berceceran di lantai antara kamar dan ruang tamu.
“Saya menduga almarhum terlebih dahulu dianiaya di kontrakan di perumahan Praja Pajaten, karena banyak bercak darah berceceran,” ujarnya.
“Kan waktu itu bilangnya Polsek Sidareja almarhum meninggal karena menabrakan diri ke kereta api. Tapi saat dimandikan jasad almarhum itu utuh, tak ada yang hancur,” ujarnya menambahkan.
Baca Juga: Kata Polisi terkait Kematian Guru ASN Pangandaran yang Dinilai Janggal
Asep juga mengungkapkan, saat keluarga memandikan jasad almarhum di Garut, ditemukan banyak luka tak lajim seperti sayatan benda tajam. Kemudian pada bagian muka terlihat lebam, hingga kartu identitas berupa KTP yang hilang.
Tak hanya itu, berkaca kasus lain yang tewas akibat tersambar kereta api, biasanya anggota tubuh hancur. Namun justru tubuh almarhum Dindin masih utuh.
Kejanggalan lain dari kematian guru SD asal Garut ini, tulang leher seperti patah. Jadi saat dimandikan harus diganjal.
Kemudian ada luka seperti bekas sayatan senjata tajam di tangan kiri. Ada juga seperti bekas tusukan di kaki bagian betis. Lalu, daun telinga robek dan di bagian wajah seperti memar.
“Logisnya kalau menabrakan diri ke kereta api itu kan pasti hancur. Karena kan badan kereta baja bukan pohon pisang,” tegasnya.
Keluarga Surati Komisi 3 DPR RI agar Kasus Dibuka Transparan
Atas kejanggalan ini, keluarga berinisiatif melaporkan kasus ini ke Mabes Polri. Selain itu juga, turut serta melaporkan proses penyelidikan yang Polres Cilacap lakukan ke Propam Mabes Polri dan Wasidik Mabes Polri.
“Karena telah menghentikan penyelidikan kasus ini,” ucapnya.
Bukan sekadar ke Mabes Polri saja, namun pihak keluarga almarhum Dindin juga melayangkan surat ke Komnas HAM. Dan juga akan bersurat ke Komisi 3 DPR RI, agar kasus ini bisa dibuka kembali secara transparan.
Keluarga akan menerima hasil temuan baru yang Mabes Polri lakukan, meski argumennya korban menabrakan diri ke kereta api.
Asalkan menurutnya, argumen hasil penyelidikan tersebut dilakukan secara profesional.
“Ya minggu ini juga kami ingin melayangkan surat ke komisi 3 DPR RI, agar bisa membuka kasus ini secara jelas,” terangnya.
Baca Juga: Kasus Tewasnya Guru SD Pangandaran, Kuasa Hukum Korban Laporkan Polsek Sidareja ke Divpropam Polri
Selain itu, atas kematian guru SD asal Garut yang janggal tersebut, Asep juga membuat laporan baru ke Polres Pangandaran pada pekan kemarin. Laporan tersebut sudah diterima oleh penyidik Polres Pangandaran.
Keluarga almarhum Dindin meminta polisi agar kembali melakukan olah tempat kejadian perkara. Termasuk penyelidikan penemuan bercak darah di kontrakan di Pangandaran, karena itu merupakan peristiwa yang janggal.
“Dimana mayat ditemukan di pinggir rel Sidareja. Sementara darah banyak berceceran di kontrakan korban di Pangandaran,” pungkasnya. (Pikpik/R5/HR-Online/Editor: Adi Karyanto)