IDC 2025: Kolaborasi Media Mainstream dan New Media, Kunci Bertahan di Era TikTok

15 hours ago 8

harapanrakyat.com,- Di tengah derasnya arus informasi di platform digital dan media sosial, kolaborasi antara media mainstream dan new media (media baru) kini bukan lagi pilihan, tetapi sebuah kebutuhan. Tanpa sinergi, media konvensional berisiko kehilangan relevansi di tengah perubahan perilaku audiens yang semakin cepat berpindah ke ruang digital seperti TikTok, Instagram, dan YouTube.

Isu tersebut mencuat dalam diskusi panel Indonesia Digital Conference (IDC) 2025 yang diselenggarakan oleh Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) di The Hub Epicentrum, Jakarta, Kamis (23/10/2025). Dalam forum itu, para pimpinan media nasional dan lokal menegaskan bahwa masa depan jurnalisme kini bergantung pada kemampuan beradaptasi dan berkolaborasi di tengah dinamika era digital, bukan pada besar kecilnya sebuah media.

Pemimpin Redaksi KBR Citra Dyah Prastuti mengatakan, kolaborasi antara media mainstream dan new media menjadi jalan tengah untuk menjaga kualitas informasi publik di tengah derasnya konten digital.

“Bukan soal jenis medianya, tetapi bagaimana kita bisa bersama-sama menjaga agar ekosistem informasi publik tetap sehat,” katanya.

Citra menekankan, new media sering kali unggul dalam hal kedekatan dan kecepatan menjangkau audiens melalui platform sosial, sementara media mainstream memiliki kekuatan dalam proses verifikasi dan etika jurnalistik. Keduanya, kata Citra, perlu saling belajar agar kecepatan tidak mengorbankan akurasi.

“Media baru bisa belajar dari standar verifikasi media mainstream, sementara media konvensional bisa memanfaatkan kreativitas dan jangkauan digital dari media baru,” tambahnya.

CEO Kabar Group Indonesia Upi Asmaradana menilai, kerja sama lintas media bukan sekadar strategi bisnis atau distribusi konten, tetapi juga bentuk perlawanan terhadap ancaman disinformasi yang kian masif.

“Kolaborasi ini bagian dari perjuangan menjaga kemerdekaan pers. Menjaga kemerdekaan pers berarti menjaga demokrasi,” kata Upi.

Ia juga mendorong agar media besar membuka ruang kolaborasi dengan media lokal dan komunitas yang memiliki kedekatan lebih kuat dengan persoalan masyarakat akar rumput.

Baca Juga: AMSI Dorong Regulasi Perlindungan Karya Jurnalistik di Era AI

Perubahan Perilaku Audiens dari Media Mainstream ke New Media

Sementara itu, CEO Arkadia Digital Media Suwarjono mengungkapkan, perubahan perilaku audiens dalam mengonsumsi berita menjadi tantangan utama bagi media mainstream. Berdasarkan riset internal perusahaannya, sebagian besar pembaca kini justru mendapatkan informasi dari platform video pendek dan media sosial, bukan dari portal berita tradisional.

“Perubahan ini menuntut semua media untuk beradaptasi. Kolaborasi antara media konvensional dan media sosial adalah keniscayaan agar media tetap relevan,” tegasnya.

Menurut Suwarjono, kerja sama konten lintas platform dan peningkatan kapasitas digital di kalangan jurnalis menjadi langkah penting agar media tidak hanya bertahan, tetapi juga mampu berpengaruh di tengah arus transformasi digital yang cepat.

Ketiga narasumber sepakat bahwa kompetisi antarmedia bukan lagi jawaban di era digital. Justru kolaborasi yang sehat dan berkelanjutan akan memperkuat kepercayaan publik terhadap media, meningkatkan literasi digital masyarakat. Kolaborasi ini juga yang akan menjaga kualitas informasi di ruang publik.

Baca Juga: Google News Showcase Hadir di Indonesia, AMSI Dorong Platform Digital Lain Ikut Dukung Jurnalisme Berkualitas

Indonesia Digital Conference (IDC) 2025 yang diselenggarakan AMSI berlangsung selama dua hari, 22-23 Oktober 2025, di The Hub Epicentrum, Jakarta Selatan.Tahun ini, IDC mengangkat tema utama “Sovereign AI: Menuju Kemandirian Digital”, yang menyoroti urgensi kedaulatan serta kemandirian industri media di tengah gelombang transformasi digital berbasis kecerdasan buatan (AI). (R7/HR-Online/Editor-Ndu)

Read Entire Article
Perayaan | Berita Rakyat | | |