Keraton Kaprabonan Cirebon merupakan salah satu keraton selain Kasepuhan, Kanoman dan Kacirebonan. Berbeda dengan ketiga keraton lainnya, Keraton Kaprabonan memiliki ukuran lebih kecil.
Baca Juga: Menguak Asal Usul Gunung Kuda Cirebon dan Tragedi di Baliknya
Luasnya sekitar satu hektar dan terletak di belakang kawasan pertokoan Pasar Kanoman. Meskipun lokasinya tidak jauh dari pasar, namun suasana di Keraton Kaprabonan tetap bersih dan indah. Bhakan hampir tidak ada sampah yang terlihat di sekeliling keraton tersebut.
Mengunjungi Keraton Kaprabonan Cirebon
Pengunjung perlu melewati sebuah gang sebelum memasuki area keraton. Di gang pertama, terdapat gapura bernama Dalung Darma. Legenda mengatakan bahwa nama ini muncul dari pencahayaan yang masyarakat sekitar gunakan sebelum ada listrik, yakni campuran dalung darma dan getah karet. Dalung Darma kini menjadi simbol keraton yang melambangkan penerangan di saat gelap.
Lalu, di bagian depan keraton, terdapat musala atau langgar yang sudah berusia lebih dari 3 abad. Musala ini biasanya berguna untuk acara tawasul dan Maulid Nabi. Dinding depannya dihiasi banyak ornamen dan keramik menawan.
Sejarah Keraton Kaprabonan
Sutajaya, penjaga Keraton Kaprabonan, menjelaskan bahwa Keraton Kaprabonan Cirebon berdiri pada abad ke-17 oleh Pangeran Adipati Kaprabon. Ia merupakan putra mahkota Kesultanan Kanoman dan anak dari Sultan Kanoman I Muhammad Badrudin Kartawijaya. Pada awalnya, Adipati Kaprabon memperoleh jadwal pengangkatan sebagai Sultan Kesultanan Kanoman.
Akan tetapi, ia memilih untuk meninggalkan keraton dan mempelajari lebih dalam tentang agama Islam. Pangeran Adipati kemudian menyerahkan kepemimpinan keraton Kanoman kepada saudaranya, Pangeran Raja Mandurareja Muhammad Qadaruddin.
Baca Juga: Uang Logam Picis Cirebon, Warisan Mata Uang Kuno Nusantara
Pada waktu itu, situasi politik di keraton sangat tegang. Banyak tantangan dari Belanda yang membuat Pangeran Adipati Kaprabon merasa perlu menjauh dari keraton. Setelah itu, ia mendirikan peguron atau pusat pembelajaran yang tidak jauh dari Keraton Kanoman.
Menjadi Tempat untuk Belajar Agama Islam
Pangeran Adipati Kaprabon, bersama dengan para pengikutnya, mulai menyebarkan ajaran Islam. Seiring berjalannya waktu, tempat ini terkenal sebagai lokasi untuk para intelektual keraton yang ingin mendalami Islam. Karena semakin banyak pengikut, Pangeran Kaprabon mulai membangun langgar atau musala kecil sebagai sarana belajar bagi mereka.
Waktu pun terus berganti, posisi kepemimpinan di Keraton Kaprabonan Cirebon pun mengalami pergantian. Singkat cerita, pada tahun 2011 lalu, Pangeran Hempi Raja Kaprabon yang sedang memimpin keraton itu mengeluarkan pernyataan mengenai status keraton. Dalam surat tersebut, ia menyatakan bahwa Kaprabonan merupakan kerajaan, bukan hanya peguron atau tempat belajar.
Pernyataan dari Hempi tersebut didasari oleh dokumen dari pejabat Cirebon yang ada pada masa pendudukan Jepang menyebut Kaprabon sebagai sebuah kerajaan. Lalu, Pangeran Hempi pun meninggal pada tahun 2021. Setelah itu, Keraton Kaprabonan menunjuk Pangeran Handi, adik dari Hempi, sebagai penggantinya.
Tidak Ada Perubahan Pada Struktur Bangunan
Sutajaya turut menyatakan bahwa sampai saat ini, semua bagian langgar, seperti kayu penyangga dan temboknya, tetap dipertahankan dalam kondisi asli. Artinya, tidak banyak yang berubah. Di sebelah musala, ada dua patung singa serta gapura yang menyerupai kubah masjid.
Ada dua pilar dengan hiasan patung udang yang menopangnya, serta dua keramik di bagian bawahnya. Sementara itu, di atas terdapat lambang Keraton Kaprabonan Cirebon. Tidak jauh dari sana, ada gedung dalam keadaan rusak yang menurut Sutajaya dulunya merupakan Pulantara atau tempat tinggal anak-anak pangeran.
Selain itu, di dalam gerbang terdapat bangunan khusus yang sultan gunakan untuk menerima tamu penting. Kemudian, di samping bangunan ini terdapat dua peti besar guna menyimpan benda bersejarah, seperti keris, tombak, pedang, dan wayang. Benda-benda ini akan dikeluarkan saat ritual panjang jimat. Nah, bagian belakang juga terdapat sumur yang sumber airnya tidak pernah habis dan hanya dibuka pada waktu tertentu.
Tiket Masuk dan Rute
Walaupun keraton ini cukup kecil, Sutajaya menjelaskan bahwa banyak orang masih datang mengunjungi Keraton Kaprabon. Untuk para pengunjung tidak dikenakan biaya tiket. Selain itu, keraton ini buka selama 24 jam.
Lokasi Keraton Kaprabonan ada di Jalan Lemahwungkuk, Lemahwungkuk, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat. Lokasinya tersembunyi di balik toko-toko di Pasar Kanoman. Untuk mencapai halaman utamanya, pengunjung harus melewati gang sempit terlebih dahulu. Jalur untuk menuju tempat ini mulai dari Pasar Kanoman, di mana para pengunjung akan diarahkan ke gang kecil untuk menuju keraton.
Baca Juga: Museum Cave AI Lotus, Wisata Heritage di Keraton Kasepuhan Cirebon
Sebagai tambahan informasi, Keraton Kaprabonan Cirebon awalnya berdiri sebagai tempat belajar Agama Islam bagi keluarga keraton dan masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika tradisi yang terkait dengan peringatan hari besar Islam masih sangat kental di Keraton Kaprabonan ini. (R10/HR-Online)