harapanrakyat.com,- Keberadaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, memberikan angin segar bagi warga setempat. Salah satu yang merasakan dampaknya adalah Wawan Kustiawan, pria 45 tahun asal Dusun Bantar, Desa Sukaraja, Kecamatan Sindangkasih.
Dulu bekerja serabutan dan kesulitan mencari pekerjaan tetap, kini Wawan dapat tersenyum lega. Ia kini bekerja sebagai tukang cuci piring atau ompreng di dapur MBG yang terletak di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Sukamanah, Kecamatan Sindangkasih.
“Alhamdulillah, saya yang dulunya serabutan karena susah cari kerja, sekarang punya penghasilan tetap bekerja di dapur MBG,” ujar Wawan, Minggu (19/10/2025), dengan penuh rasa syukur.
Baca juga: Petani di Panumbangan Ciamis Minta MBG Tak Disetop: Pendapatan Kami Naik Drastis
Program MBG di Ciamis Serap Tenaga Kerja
Di tengah kesulitan mencari pekerjaan, Wawan kini merasa sangat terbantu oleh adanya program MBG. Menurutnya, program ini tidak hanya memberikan manfaat bagi masyarakat yang membutuhkan gizi, tetapi juga membuka lapangan kerja, terutama bagi mereka yang menganggur.
“Mayoritas pekerja di dapur MBG adalah warga lokal. Keberadaan SPPG ini sangat membantu kami, terutama yang belum memiliki pekerjaan tetap,” lanjutnya.
Sebagai tukang cuci ompreng, Wawan mengungkapkan bahwa ia menerima upah Rp 110.000 per hari dengan jadwal kerja selama 8 jam. Ia bekerja selama 24 hari dalam sebulan, sehingga total penghasilan yang ia dapatkan dalam sebulan mencapai Rp 2.640.000, yang melebihi Upah Minimum Kabupaten (UMK) Ciamis.
Proses Kerja yang Teliti dan Higienis
Tugas utama Wawan adalah mencuci peralatan makan atau ompreng yang digunakan dalam program MBG. Meski tampaknya sederhana, proses mencuci ompreng membutuhkan ketelitian dan perhatian terhadap higienitas.
“Proses mencuci ompreng memang cukup panjang. Setelah ompreng dibersihkan dari sisa makanan, kemudian dicuci dengan sabun, direndam dalam air panas, dan dilap. Setelah itu, ompreng dikeringkan menggunakan alat khusus,” jelas Wawan. Ia menambahkan bahwa dalam sehari ada 15 orang yang bertugas mencuci ompreng, dengan satu orang koordinator yang mengatur proses tersebut.
Meskipun proses kerja yang dilalui cukup memakan waktu, Wawan merasa bahwa upah yang diterimanya sudah sesuai dengan beban kerja yang ada. “Dengan waktu kerja 8 jam per hari dan upah Rp 110.000, saya rasa itu sudah cukup layak,” ujarnya.
Harapan untuk Keberlanjutan Program MBG
Meski hanya bekerja sebagai tukang cuci ompreng, Wawan mengaku sangat bersyukur karena pekerjaan ini memberinya kesempatan untuk memperoleh penghasilan yang layak. Ia berharap program MBG di Ciamis ini dapat terus berjalan untuk membantu masyarakat yang kesulitan mencari pekerjaan.
“Saya sudah cukup lama menganggur, dan bekerja hanya jika ada yang menyuruh. Alhamdulillah, sekarang saya bisa memiliki penghasilan tetap. Semoga program MBG ini terus ada dan semakin banyak yang terbantu,” kata Wawan menutup wawancara.