Soroti Kendala Ekspor Ikan Koi Lokal, Audrey King of the Jungle Desak Pemerintah Perbaiki Regulasi

6 hours ago 8

harapanrakyat.com,- Nehemia Audrian alias Audrey King of the Jungle, akitivis ikan hias yang juga influencer ternama menyoroti kendala petani ikan koi lokal untuk melakukan ekspor. Ia mendesak pemerintah memperbaiki regulasi dengan mempercepat birokrasi kaitan perizinannya, supaya UMKM sekitar ikan hias khususnya koi maju dan berkembang.

“Indonesia sebetulnya penghasil ikan hias terbesar di dunia. Hanya saja perdagangan ikan hias hanya terpusat di negara tetangga seperti Singapura,” ujar Audrey saat mengunjungi Bos Koi Hartono Soekwanto, seorang pegiat komunitas ikan koi terkemuka, Jumat (17/10/2025).

Audrey menyebut sejumlah jenis ikan hias lain, seperti ikan laut, gapi, dan cupang, saat ini sudah memiliki sistem ekspor yang berjalan cukup lancar. Namun, berbeda halnya dengan ekspor ikan koi yang justru menghadapi tantangan tersendiri. Padahal jenis ini merupakan ikan hias unggulan dan paling populer di Indonesia.

Audrey mengatakan, tantangan utama dalam bisnis ikan koi adalah perputarannya dalam penjualannya harus cepat. Waktu sangat mempengaruhi harga dan juga kondisi ikan.

“Koi merupakan ikan nomor satu di Indonesia. Keluhan petani kopi adalah ikan ini perlu perputaran cepat. Sementara regulasi di birokrasinya lambat, karena perlu memenuhi banyak syarat. Sementara yang memfasilitasinya masih kurang cepat,” ungkapnya.

Kecepatan Birokrasi Diperlukan untuk Ekspos Ikan Koi

Menurut Audrey, lambatnya alur birokrasi sangar berdampak pada harga dan kualitas ikan koi. Seperti ukuran ikan menjadi besar akan mengubah harga, hingga berpotensi terkena penyakit.

Audrey yang mewakili petani ikan koi dengan daerah sentra seperti Blitar, Sukabumi, Tulung Agung berharap birokrasi ekspor lebih dipercepat dan dipermudah.

“Harapannya, sebagai aktivitas ikan hias yang mewakili para petani, supaya birokrasi ini lebih dipercepat,” jelasnya.

“Mohon izin Ibu, Bapak di Kementerian atau mungkin pak Presiden, wakil Presiden bisa dibayangkan lagi supaya kita jadi eksportir ikan hias, khususnya koi,” ungkapnya.

Baca Juga: Cerita Bos Koi Hartono Soekwanto Juara Nasional Padel di Usia 53

Sementara itu, Bos Koi Hartono Soekwanto juga berharap supaya pemerintah memperhatikan industri koi. Seperti mempermudah proses ekspor ikan koi. Meningkatkan sinergitas regulator bersama petani.

Menurut Hartono, ikan koi punya potensi ekonomi load biasa. Bahkan, ikan koi menjadi komoditas perikanan yang perputaran ekonominya nomor satu di Indonesia. Namun persoalan utamanya adalah birokrasi yang berbelit.

“Jujur ya, mau ekspor ikan koi itu susah, banyak surat yang harus diukurs sementara harus cepat,” ungkap Hartono.

Bos Koi juga menyoroti pemerintah yang perlu meningkatkan sosialisasi untuk para petani. Walaupun banyak dokumen penting yang perlu disiapkan, namun banyak petani yang belum paham.

“Pemerintah datang ke petani sosialisasi soal dokumen yang harus disiapkan. Banyak anak-anak yang tidak mengerti, mereka taunya breedeng dan lelang saja,” tuturnya.

Bos Koi menekankan adanya kolaborasi untuk memajukan industri ikan koi. “Kuncinya adalah bersatu padu dan saling mengerti. Perputaran ikan koi nomor satu di Indonesia. Kalau ikan koi itu dijual per kilo, kalau ikan koi beda, harganya rata-rata Rp 150 juta, semoga tahun selanjutnya Rp 1,5 miliar. Mimpi adalah kunci,” katanya.

Kualitas Ikan Koi Lokal Diakui Dunia

Audrey menambahkan, kualitas ikan koi lokal saat ini patut dibanggakan. Bahkan, menurutnya, mutu koi Indonesia sudah mampu menyaingi, bahkan melampaui, ikan impor asal Jepang.

“Aku baru dapat informasi bahwa ikan koi lokal Indonesia kini sudah mengalahkan koi impor dari Jepang,” ungkapnya.

Buktinya, Audrey menyoroti prestasi koi asal Bandung milik pengusaha Bos Koi, Hartono Soekwanto, yang berhasil meraih gelar grand champion setelah mengungguli ikan impor dari Jepang. Nilai jualnya pun mencapai angka fantastis.

“Ikan koi Indonesia ada yang harganya sampai Rp 120 juta per ekor. Ini menunjukkan kualitas produksi koi lokal, terutama jenis Gosanke yang masih muda, sudah berada di level internasional,” tuturnya.

Apresiasi untuk Bos Koi Hartono

Audrey mengapresiasi Bos Koi Hartono memberikan bibit ikan koi dengan nilai miliaran rupiah untuk para perajin. Tujuannya untuk memajukan petani di Indonesia.

“Bibit ikan koi itu nilainya sekitar Rp 5 miliar. Tindakan itu di luar nalar, tujuannya sangat mulia,” jelasnya.

Harapannya, ke depan lebih banyak yang terinspirasi dengan tindakan dan kepedulian Bos Koi Hartono. Supaya kesejahteraan petani ikan koi semakin meningkat. (R9/HR-Online/Editor-Dadang)

Read Entire Article
Perayaan | Berita Rakyat | | |