Kakek Nabi Ibrahim merupakan sosok penting dalam sejarah panjang silsilah kenabian. Allah SWT mengangkat para nabi untuk menyampaikan ajaran tauhid dan menjadi teladan bagi umat manusia. Salah satu di antara mereka adalah Nabi Ibrahim AS yang dikenal memiliki keimanan luar biasa dan mendapat gelar Abul Anbiya atau “Bapak Para Nabi”.
Baca Juga: Musuh Nabi Ilyas, Sembah Berhala dengan 4 Wajah
Kisah Nabi Ibrahim tidak hanya mengajarkan makna pengorbanan melalui perintah penyembelihan putranya, Nabi Ismail AS, tetapi juga memperlihatkan betapa kuatnya garis keturunan spiritual yang dimilikinya. Untuk memahami peran besar Nabi Ibrahim dalam sejarah, penting menelusuri asal-usul sekaligus silsilah keluarganya, termasuk siapa kakeknya hingga bagaimana nasabnya tersambung sampai ke Nabi Nuh AS dan Nabi Adam AS.
Asal-Usul dan Garis Keturunan Kakek Nabi Ibrahim
Menurut berbagai literatur sejarah Islam, kakek Nabi Ibrahim bernama Tarukh (atau dalam beberapa sumber disebut Terah). Tarukh adalah ayah dari Adzar yang menjadi ayah Nabi Ibrahim AS. Dalam kajian Ustaz Adi Hidayat bertema Sejarah Yahudi, menyebutkan bahwa Tarukh memiliki ayah bernama Abir. Ini dikaitkan dengan istilah “Ibrani” dan menjadi asal mula penyebutan bangsa Ibrani Babilonia (Irak sekarang).
Abir sendiri merupakan keturunan Qinan. Sementara Qinan adalah keturunan Arfakhsyad, anak dari Sam (salah satu putra Nabi Nuh AS). Dengan demikian, garis keturunan Nabi Ibrahim berasal dari jalur Sam bin Nuh yang juga menjadi leluhur bagi bangsa Arab dan Bani Israil.
Rangkaian nasab ini menunjukkan bahwa keluarga Nabi Ibrahim memiliki hubungan langsung dengan para nabi sebelumnya. Terutama Nabi Nuh AS yang ada dalam Al Quran sebagai salah satu nabi ulul azmi.
Nabi Ibrahim dan Keturunan Para Nabi
Selain terkenal melalui kakek dan kisah pengorbanan besar yang menjadi dasar peringatan Idul Adha, Nabi Ibrahim juga termasuk figur sentral dalam silsilah para nabi setelahnya. Dari pernikahan dengan 4 istri, Nabi Ibrahim mempunyai 13 anak yang kemudian menurunkan banyak nabi besar.
Dari istri pertamanya, Sayidah Sarah, lahirlah Nabi Ishaq AS. Kemudian menjadi ayah dari Nabi Yaqub AS. Sementara dari istri keduanya, Sayidah Hajar, lahirlah Nabi Ismail AS yang menurunkan bangsa Arab dan menjadi leluhur Nabi Muhammad SAW.
Selain itu, dari istri ketiga, Qanturah binti Yaqthan, Nabi Ibrahim memiliki anak, antara lain Madyan, Zamran, Suraj, Yuqsyan, dan Nasq. Sedangkan dari istri keempat, Hajun binti Alamin, ia memiliki 5 anak, yaitu Kisan, Suraj, Amim (Umaim), Luthan, dan Nafis.
Baca Juga: Hindun binti Utbah, Pemakan Jantung Paman Rasulullah SAW
Menariknya, sebagaimana ulama jelaskan, sebagian keturunan Qanturah diyakini menurunkan bangsa Melayu. Termasuk wilayah Nusantara yang terkenal dengan istilah “bangsa Jawi”. Hal ini menunjukkan bahwa jejak spiritual Nabi Ibrahim menyebar sangat luas hingga mencakup berbagai bangsa di dunia.
Peran Kakek Ibrahim dalam Konteks Sejarah
Sosok Tarukh sebagai kakek Nabi Ibrahim menjadi bagian penting dalam kesinambungan sejarah kenabian. Ia hidup pada masa sebelum peradaban Babilonia berkembang pesat. Lalu jadi saksi perubahan sosial yang besar kawasan Mesopotamia.
Sebagian catatan sejarah menyebutkan bahwa Tarukh dan keluarganya merupakan pengikut ajaran tauhid yang Nabi Nuh AS wariskan. Meskipun, pada masa itu penyimpangan akidah mulai meluas pada kalangan masyarakat Babilonia. Dari lingkungan inilah kemudian lahir Nabi Ibrahim AS yang dengan keteguhannya melawan penyembahan berhala dan menyeru kembali kepada keesaan Allah.
Dengan demikian, peran Tarukh dan para leluhur Nabi Ibrahim bukan hanya sekadar bagian dari garis keturunan biologis. Tetapi, mereka juga simbol warisan iman yang terus abadi dari generasi ke generasi.
Makna Spiritualitas dari Garis Keturunan Nabi Ibrahim
Silsilah kakek Nabi Ibrahim hingga Nabi Nuh menunjukkan kesinambungan misi dakwah tauhid yang tidak pernah terputus. Setiap generasi memiliki peran penting dalam menjaga nilai keimanan dan menyebarkan pesan ketuhanan di tengah masyarakat. Dalam konteks modern, memahami garis keturunan Nabi Ibrahim bukan hanya soal sejarah, tetapi juga refleksi spiritual.
Nilai-nilai yang diwariskan, seperti pengorbanan, ketaatan, dan keteguhan iman, menjadi dasar pembentukan moral umat manusia hingga kini. Bagi para peneliti sejarah agama dan keturunan Semitik, kisah ini juga memberikan pemahaman bahwa bangsa-bangsa yang lahir dari keturunan Sam memiliki peran besar. Tentu, dalam perkembangan peradaban dunia, baik dari segi agama, budaya, maupun moralitas.
Baca Juga: Ayat Al Quran tentang Tidak Dihargai dan Cara Islam Menyikapinya
Kisah kakek Nabi Ibrahim, Tarukh, memberikan gambaran bagaimana garis keturunan para nabi saling terhubung dalam satu misi besar. Tak lain yakni menegakkan ajaran tauhid. Dari Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, hingga ke Nabi Muhammad SAW, seluruhnya merupakan rantai keimanan yang tak terputus. Mempelajari silsilah Nabi Ibrahim bukan sekedar mengetahui siapa kakek atau leluhurnya. Tetapi juga memahami warisan nilai kepada umat manusia seperti keikhlasan, keteguhan, dan pengorbanan dalam menjalankan perintah Allah. (R10/HR-Online)

13 hours ago
6

















































