Napak Tilas Gedung Gas Negara Bandung Sebelum Jadi Cafe dan Penginapan

8 hours ago 3

Bagi sebagian orang, mungkin Gedung Gas Negara Bandung hanya terkenal sebagai tempat nongkrong kekinian. Sebab, area ini cukup populer di kalangan anak muda. Namun siapa sangka, di balik gedungnya yang megah, bangunan ini menyimpan sejarah panjang sebagai pusat teknologi energi di Kota Bandung pada masa kolonial. 

Baca Juga: Jejak dan Asal Usul Leles Garut yang Pernah Jadi Daerah Vital di Zaman Belanda

Gedung Gas Negara Bandung Sebagai Pusat Teknologi Energi pada Masa Kolonial

Gedung Gas Negara berlokasi di Jalan Braga. Bangunan ini pernah menjadi saksi sejarah penting bagi pemerintah Indonesia. Sebab, gedung merupakan kantor cabang Nederlandsch Indische Gas Maatschappij (NIGM), perusahaan gas milik pemerintah Hindia Belanda. 

Gedung Karya Arsitek Ternama

Pada tahun 1930-an, Gedung Gas Negara mencatat lebih dari 3.000 sambungan pipa gas. Sambungan pipa ini mengalir dari pabrik di Kiaracondong menuju pelanggan. Tak banyak yang tahu bahwa gedung megah ini merupakan hasil karya dari arsitek Belanda. 

Tahun 1919, arsitek ternama Belanda, Richard Leonard Arnold Schoemaker merancang pembangunan gedung. Hal ini menjadi lambang kemajuan teknologi pada masa itu. Mulai dari lokasi tersebut, jaringan pipa gas bawah tanah diatur dan dialirkan ke berbagai penjuru kota. 

Saat itu, Gedung Gas Negara Bandung merupakan tempat teknologi yang modern sekaligus revolusioner. Bangunannya sendiri mengusung bentuk monumental. Terdapat perpaduan gaya art deco dan material berkualitas tinggi, sehingga bisa bertahan kokoh lebih dari seratus tahun.

Baca Juga: Intip Sejarah Keraton Kaprabonan Cirebon

Peran Penting Gedung Gas Negara

Pada tahun 1921, pabrik sudah mencatat hasil produksi 10 ribu meter kubik gas setiap hari. Hasil produksi ini bukan seperti gas alam yang kita kenal. Akan tetapi, sebuah gas buatan dari batu bara yang tergasifikasi melalui 4 tahapan. Sebut saja penguapan, pirolisis, oksidasi dan reduksi. 

Setelah melewati proses yang begitu panjang, gas kemudian mengalir lewat pipa-pipa ke seluruh kota. Di titik-titik pengguna, meteran gas sengaja terpasang untuk menghitung sekaligus mencatat pemakaian bulanan. Sementara itu, pembayaran berlangsung di kantor Gas Maatschappij di Jalan Braga atau Gedung Gas Negara.

Jumlah Sambungan Pipa Gas Sebelum Tertutup

Memasuki pertengahan tahun 1930-an, tercatat ada 3.750 sambungan gas yang terpasang di Bandung. Aliran gas menyusuri dapur-dapur dan ruang makan di rumah-rumah baru. Seluruh pembayaran pipa gas tersebut menggunakan arus administrasi dan pelayanan di Gedung Gas Negara. 

Kini, kawasan di kompleks Pabrik Gas Kiaracondong sudah tidak ada lagi. Hanya tersisa instalasi pabrik, selain bangunan utamanya. Sementara jalur-jalur pipa yang menembus kota dulu, sebagian masih dapat ditemukan. Ujungnya yang tertutup rapat bisa ditemukan di sudut rumah maupun kantor lama. 

Fungsi Gedung Setelah Indonesia Merdeka

Berdirinya Gedung Gas Negara Bandung memberikan bukti penting bahwa area ini pernah menjadi garda terdepan dalam pengembangan energi di era kolonial. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tetap difungsikan sebagai kantor PLN gas. Namun, awal tahun 2000an, aktivitas di dalamnya berhenti total. 

Meski terbengkalai, struktur Gedung Gas Negara tetap berdiri kokoh. Bangunan ini berdiri di tengah deretan pertokoan dan cafe di Jalan Braga. Hingga akhirnya, terjadi perubahan besar pada bangunan tersebut. 

Gedung Gas Negara dihidupkan kembali sebagai Glassblock Braga. Konsep bangunannya sendiri memadukan cafe dan working space. Sementara itu, pihak pengelola masih mempertahankan fasad asli dan sebagian interior otentiknya. Hal ini membuat pengunjung tetap bisa merasakan atmosfer sejarah di setiap sudut bangunan. 

Selain difungsikan sebagai cafe, bekas Gedung Gas Negara Bandung juga dibuat menjadi penginapan bernama Gass Inn. Transformasi ini menambah daya tarik kawasan Braga sebagai destinasi wisata sejarah yang tetap hidup di tengah modernisasi. 

Sajian Nusantara di Bekas Gedung Gas Negara

Pengunjung bisa singgah di restoran Gas Inn untuk mencicipi berbagai hidangan khas. Sebagian besar menu yang tersaji adalah makanan nusantara. Sisanya, pengunjung bisa memesan menu barat dan oriental. Beberapa menu istimewa yang bisa dipesan adalah iga bakar, bebek betutu hingga steak dengan harga yang masih ramah di kantong. 

Baca Juga: Menilik Sejarah Gedong Dalapan Cikabuyutan Kota Banjar

Kini, siapapun yang datang ke bekas Gedung Gas Negara Bandung tidak hanya bisa menikmati secangkir kopi atau sekedar menginap saja. Namun, pengunjung juga bisa menyelami jejak sejarah energi dan teknologi di Kota Bandung. Gedung Gas Negara Bandung bisa dijadikan sebagai contoh bagaimana bangunan cagar budaya tetap bisa berfungsi dan relevan tanpa kehilangan identitas aslinya. (R10/HR-Online)

Read Entire Article
Perayaan | Berita Rakyat | | |